Dapatkan Konsultasi Desain atau Karir Pertama Kamu Secara Gratis - Jadwalkan Sekarang!

Kenapa Perbaikan UX Sering Menghadapi Resistensi dan Gimana Ngatasinya? 🤔

Teori udah cukup, ketika mau implementasi kok banyak resistensi ya? gini cara ngatasinnya gais.

Dicky Gunawan

1/9/20252 min read

Kadang, kita punya proses UX yang bagus tapi orang-orang nggak mau ikutin. Ini sering terjadi karena mereka nggak paham kenapa harus begitu. Contohnya, ada seorang klien saya UX desainer yang ngalamin ini di perusahaan barunya.

Dia mulai dengan ngajarin proses UX yang baru di perusahaan itu. Sebelumnya, mereka nggak punya proses yang jelas dan sering lewatin langkah-langkah penting. Akibatnya, tim UX, development, dan produk nggak kerja bareng dengan baik. Semua orang bilang setuju dengan proses baru ini, tapi pas mulai kerja, nggak ada yang mau ikutin.

Desainer ini bingung. Kenapa mereka nggak mau ikutin proses yang katanya mereka mau? Ternyata jawabannya sederhana: mereka nggak paham kenapa harus begitu. Mereka nggak lihat manfaat dari proses baru ini. Bayangin ada dua jalan yang bisa kamu pilih, satu mudah dan datar, satu lagi sulit dan berbukit. Kenapa kamu pilih jalan yang sulit? Karena ada sesuatu yang kamu pengen di ujung jalan itu, yang nggak ada di jalan yang mudah.

Nah, desainer ini harus nunjukin ke para pemangku kepentingan (stakeholders) kenapa proses baru ini penting. Mereka butuh buy-in dulu, yaitu persetujuan dan dukungan dari semua pihak yang terlibat. Mereka harus paham kenapa perubahan ini penting dan bagaimana ini bakal ngefek ke pekerjaan mereka. Setelah itu, baru deh mereka mau ikutin proses yang baru.

Desainer ini juga butuh visi UX yang jelas, yang gambarin pengalaman pengguna setelah produk ditingkatin. Visi UX adalah cerita yang bandingin pengalaman pelanggan dan pengguna sekarang dengan apa yang bakal terjadi setelah kerja keras tim.

Kenapa Visi Perbaikan UX Harus Didahulukan?

Banyak desainer yang mulai dengan ngubah proses, bukan berbagi visi apa yang bakal dicapai dengan perubahan itu. Inilah kenapa mereka hadapi resistensi. Ketika desainer mulai dengan Visi UX dan dapetin buy-in dari semua pihak — berbagi hasil dari kerja keras dan ngajak semua orang percaya pada hasil yang lebih baik — mereka hadapi lebih sedikit resistensi terhadap perubahan proses yang diusulin.

Untuk desainer ini, itu berarti nunda proses UX baru sampai dia bisa nunjukin gimana mereka bisa tingkatin kehidupan para pengguna — asisten hukum, pegawai, sekretaris hukum, pengacara, dan hakim. Dia cerita kenapa software sekarang susah dipakai dan nunjukin seperti apa pengalaman pengguna yang lebih baik.

Dia dapet dukungan buat implementasi perubahan proses besar dengan nyajiin visi UX yang jelas ke para pemangku kepentingan dan eksekutif. Organisasi itu segera lihat perbaikan yang perbaiki reputasi software dan bawa penjualan baru.

Punya pengalaman serupa atau pendapat lain? Yuk, share di kolom komentar!